"Siang hari bau menyengat karena limbahnya menguap," kata Warga di Kelurahan Jatipulo, Sumiarti, di Jakarta, Jumat.
Ia berkata, aroma busuk yang menyeruak itu dapat tercium lebih kuat saat volume dan debit air Sungai Ciliwung berkurang drastis, terutama musim kemarau panjang. "Sekarang belum seberapa (bau), ada yang lebih dari ini (kemarau panjang)," ujarnya.
Di Sungai Ciliwung, sampah plastik dari berbagai merek makanan dan minuman instan tampak hanyut terbawa aliran sungai yang berwarna hitam pekat—menyatu dengan cairan limbah. Sementara aroma bau tercium hingga radius beberapa puluh meter dari bibir sungai.
Warga lain, Warmin, menuturkan aroma anyir akan berkurang saat hujan turun karena volume dan debit air bertambah. "Musim kemarau air sungai anyir, banyak limbah dan sampah. Baunya akan kurang saat hujan," jelasnya.
Selain warna hitam dan bau, Sungai Ciliwung saat ini juga menimbulkan efek gatal bagi warga yang kontak kulit dengan air sungai.
Aldo salah satunya, bocah berusia 12 tahun itu mengaku sering mandi di Sungai Ciliwung. Namun, ketika air berwarna hitam pekat dan bau, kulitnya mengalami gatal-gatal. "Saya sering mandi saat airnya berwarna cokelat, tapi kalau hitam begini tidak, badan gatal-gatal," katanya.
Juga baca: Satgas Ciliwung temukan warga terindikasi buang limbah medis
Juga baca: 9.300 orang ikut aksi Bebersih Ciliwung2019
Juga baca: Sungai Ciliwung menjadi lautan sampah
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019