"Saya ajak mereka untuk berinvestasi buat (pabrik) di Indonesia karena bahan bakunya memang dari sana. Kemudian produksinya diekspor lagi kembali ke sini," katanya, seusai mengunjungi pabrik pengolahan sarang burung walet Yan Ty Ty, di Shanghai, Minggu.
Yan Ty Ty mendapatkan pasokan bahan baku sarang burung walet mentah dari PT Anugerah Citra Walet Indonesia 027 yang berkantor pusat di Bogor, Jawa Barat. Kemudian sarang burung itu diolah menjadi beberapa produk turunan berupa makanan dan minuman serta kosmetik.
"Dari satu sisi bahan baku kita ekspor, tapi juga kita buat (makanan) minuman di Indonesia yang kemudian kita ekspor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, ASEAN, dan beberapa negara lain yang kita sudah punya perjanjian (ekspor-impor). Tentu ini akan menjadi bisnis yang sangat menarik," ujarnya.
Selain menambah nilai ekspor sarang burung walet, pembangunan pabrik olahan tersebut, menurut Lukita, bisa menekan penyelundupan. "Kita atasi penyelundupan itu karena sebagian diselundupkan ke Vietanam dan Malaysia untuk kemudian diolah dan masuk (pasar) sini, juga ke Hong Kong," ujarnya.
Mengenai hambatan yang dialami para pengusaha Indonesia untuk memasukkan produk olahan ke China, dia mengaku sudah membicarakan hal itu dengan Kementerian Kepabeanan China, di Beijing, Kamis (18/7).
Juga baca: Mendag ungkap sarang burung walet primadona produk ekspor RI ke China
Juga baca: Pengusaha apresiasi upaya atasi persoalan ekspor sarang walet ke China
Juga baca: Kemendag fasilitasi ekspor 10 ton sarang burung walet ke China
Menurut dia, hal itu tidak seharusnya terjadi karena produk-produk Yan Ty Ty sudah memiliki sertifikat dari pemerintah China. "Jadi kelebihan mereka masuk ke Indonesia dan ekspor ke sini karena mereka punya izin dan tahu bagaimana proses izin itu didapat dari sini," katanya.
Dengan dibukanya pabrik Yan Ty Ty di Indonesia, maka akan menambah lapangan kerja bagi warga sekitar lokasi pabrik.
Yan Ty Ty dikembangkan Lili, pengusaha berkewarganegaraan China, yang bersuamikan Rudy Foniaty. Lili bertugas sebagai direktur utama Yan Ty Ty, sedangkan Rudi sebagai direktur utama PT Anugerah Citra Walet Indonesia 027 yang memasok bahan baku dari Indonesia.
Sejak Presiden Joko Widodo turut mempromosikan Yan Ty Ty pada tahun lalu dengan terjemahan berbahasa Mandarin, produk itu makin dikenal luas di China.
"Tahun ini ada 60 toko waralaba turut menjual produk kami. Sebenarnya di China sarang burung walet Indonesia kurang dikenal, mungkin hanya lima persen masyarakat sini yang mengerti. Jadi kami terus edukasi, apalagi dengan dukungan Pak Jokowi, akan lebih terkenal lagi. Sebelum ada promosi dari Pak Jokowi belum ada waralaba," kata Rudy yang setiap tahun memasok 10 ton sarang burung walet mentah ke Yan Ty Ty.
Lukita menambahkan, volume ekspor sarang burung walet Indonesia ke China sampai saat ini baru terealisasi 70 ton per tahun.
"Mereka mengeluhkan kuota yang hanya 160 ton satu tahun. Tapi realisasinya hanya 70 ton. Jadi buat apa minta kuota tambahan kalau itu saja belum terpenuhi karena yang jadi persoalan adalah kesulitan masuk ke sini," ujarnya.
Kapasitas produksi sarang burung walet Indonesia mencapai 1.600 ton per tahun. "Saya tidak bemimpi semuanya, kalau sekarang 1.000 ton saja, kita bisa dapat lebih dari 2 miliar dolar AS," kata dia.
Pewarta: M Irfan Ilmie
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019