Salah satunya Andi Nuraida pemudik yang ditemui di dalam Kapal Ciremai di Pelabuhan Tanjung Priok, Senin siang.
Andi yang pada tahun sebelumnya menggunakan pesawat untuk mudik, harus pasrah menghabiskan waktu selama dua hari termasuk merayakan Lebaran Idul Fitri 1440 Hijriah di atas kapal sebelum tiba di kampung halamannya di Makassar.
“Maunya pesawat biar cepat tapi ya mau bagaimana. Sekarang pesawat mahal, bagasi juga mahal, barang kan banyak ga cukup kalau cuma tujuh kilo,” kata Andi.
Menurut Andi, ia harus mengeluarkan uang Rp1,8 juta jika menggunakan pesawat per orang. Sedangkan menggunakan kapal, ia hanya membayar Rp2,4 juta untuk lima orang.
Senada dengan Andi, pemudik lain tujuan Jayapura, Kristina mengeluhkan harga tiket pesawat yang tidak kunjung turun.
“Katanya semua penerbangan sudah diturunkan tapi secara harga tetap melonjak,” kata Kristina yang mudik bersama satu orang anaknya.
Dibandingkan harus merogoh kocek Rp5 juta - Rp6 juta untung satu orang, Kristina lebih memilih mengeluarkan uang Rp1,2 juta meski harus menghabiskan waktu enam hari di atas kapal.
Peralihan moda transportasi tersebut berimbas pada jumlah penumpang yang telah diberangkatkan dari Pelabuhan Tanjung Priok.
Berdasarkan data dari otoritas Pelabuhan Tanjung Priok, jumlah penumpang hingga H-2 sore sebanyak 40.507 meningkat drastis dari 2018 yaitu 23.706 penumpang.
Sedangkan, PT Pelni sebagai penyedia jasa layanan angkutan pemudik via laut terbanyak di Pelabuhan Tanjung Priok mencatat jumlah penumpang sebanyak 10.321 hingga H-2, naik 62 persen dibandingkan 2018 lalu yakni 6.371.
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019