Dalam wawancara yang dipublikasikan oleh Hindustan Times pada Minggu (31/8), pelatih kesehatan metabolik Karan Sarin menjelaskan bahwa puasa bisa menjadi alat ampuh untuk memulihkan kesehatan metabolisme.
Ia mengemukakan bahwa puasa bukan tentang mengurangi kalori, melainkan tentang menurunkan kadar insulin dalam tubuh.
"Gagasan bahwa puasa intermiten berhasil hanya karena kalori yang berkurang sepenuhnya salah. Menghitung kalori adalah pendekatan yang tidak berkelanjutan dan merupakan alasan utama kegagalan puasa atau diet apa pun," katanya.
Ia menjelaskan bahwa makanan yang dikonsumsi mempengaruhi kerja hormon yang menentukan apakah tubuh akan menyimpan lemak atau membakarnya. "Dan insulin-lah yang menentukannya," kata dia.
Pada orang yang dietnya mencakup banyak nasi, gandum, dan sumber karbohidrat lain, ia melanjutkan, kadar insulin dalam tubuhnya bisa tetap tinggi sepanjang hari.
"Insulin yang tinggi berarti tubuh Anda berada dalam mode penyimpanan, metabolisme Anda melambat, dan pembakaran lemak terhenti," katanya.
Baca juga: Puasa intermiten dapat mencegah risiko kanker menurut YKI
Karan menjelaskan bahwa ketika makan, tubuh akan menggunakan glukosa untuk menghasilkan energi dan ketika berpuasa, tubuh beralih membakar lemak yang tersimpan.
"Perubahan ini terjadi setelah sekitar delapan jam berpuasa, ketika kadar glukosa turun," katanya.
Dia mengibaratkan tubuh manusia sebagai mobil hibrida, yang dapat beroperasi menggunakan dua bahan bakar.
Saat makan, gula darah dalam tubuh akan naik dan sel-sel tubuh mengubah glukosa menjadi energi.
Setelah berhenti makan, kadar glukosa mulai turun. Tubuh akan beralih ke sistem pembakaran lemak dan mulai menggunakan simpanan energi setelah sekitar delapan jam.
"Meskipun waktu pastinya dapat sedikit berbeda dari orang ke orang, puasa hanyalah memberi tubuh Anda ruang untuk melakukan perubahan ini," kata Karan.
Oleh karena itu, ia menyampaikan, selama menjalani puasa intermiten sebaiknya menghindari mengonsumsi makanan maupun minuman yang dapat meningkatkan kadar gula darah.
"Apapun yang meningkatkan gula darah akan menarik Anda keluar dari kondisi puasa. Bahkan sesendok gula dalam teh atau camilan buah kecil pun akan mengembalikan pembakaran glukosa Anda," katanya.
"Jika Anda menginginkan manfaat puasa, Anda perlu menjaga gula darah tetap stabil selama periode tersebut," ia menambahkan.
Saat rasa lapar menyerang, ia menyarankan, sebaiknya menanyakan pada diri sendiri apakah benar-benar lapar atau hanya bosan.
"Cobalah pengalih perhatian seperti musik, jalan-jalan, atau tidur siang. Jika Anda benar-benar lapar, sedikit garam dalam air atau kopi hitam dapat membantu," katanya.
"Kopi hitam atau teh tawar juga dapat membantu, asalkan menghindari susu dan gula," ia menambahkan.
Agar manfaat berpuasa dapat dipertahankan, pelatih kesehatan itu menyarankan untuk memulai berbuka puasa dengan mengonsumsi makanan berprotein dan lemak sehat agar kadar gula darah tetap stabil.
"Jika Anda memilih makanan manis atau karbohidrat tinggi, Anda justru akan membuang banyak energi," katanya.
Baca juga: Puasa intermiten aman dilakukan, tetapi tidak untuk semua orang
Baca juga: Cara menahan hasrat ingin ngemil saat menjalani puasa berselang
Penerjemah: Fitra Ashari
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2025