Momen ini menjadi waktu bagi anak atau anggota keluarga yang lebih muda untuk bersimpuh di hadapan orang tua atau sesepuh, memohon maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan. Di tengah kesakralan tradisi ini, muncul pertanyaan di kalangan umat Muslim yaitu bagaimana sebenarnya pandangan Islam terhadap sungkeman?
Dikutip dari NU Online, tradisi sungkeman saat Lebaran dapat ditinjau dari dua sudut pandang dalam Islam, yaitu hukum asal dan perspektif tradisi. Berikut penjelasan dari kedua perspektif tersebut:
Baca juga: Mahfud MD tunda sungkeman dengan ibunya pada Hari Raya Idul Adha
1. Sungkeman dalam tinjauan hukum Islam
Secara hukum asal, sungkeman tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Posisi jongkok atau bersimpuh sambil mencium tangan adalah bentuk penghormatan kepada orang yang lebih tua, selama tidak menyerupai gerakan ibadah seperti sujud atau rukuk kepada Allah.
Al-Imam al-Nawawi dalam kitab Raudlah al-Thalibin menyatakan bahwa mencium tangan seseorang karena keilmuan, kesalehan, atau usia yang lebih tua tidaklah makruh (dibolehkan).
Bahkan, menghormati orang yang memiliki keutamaan tertentu bisa menjadi amalan yang dianjurkan (sunah). Dalam Fath al-Mu’in, Syekh Zainuddin al-Malibari menjelaskan bahwa berdiri untuk menghormati seseorang yang memiliki keutamaan seperti orang tua, pemimpin, atau orang alim termasuk perbuatan yang dianjurkan dalam Islam.
Lebih lanjut, Syekh al-Qalyubi menambahkan bahwa dalam kondisi tertentu, memuliakan kerabat atau orang yang dihormati dengan cara berdiri bisa menjadi wajib jika meninggalkannya dianggap memutus tali silaturahim.
Baca juga: Lebaran di rumah dinas, Mahfud tunda sungkeman ke Ibunda
2. Sungkeman dalam perspektif tradisi
Dari sisi tradisi, sungkeman adalah warisan budaya yang sejalan dengan ajaran Islam selama tidak mengandung unsur kemaksiatan. Nabi Muhammad menganjurkan umatnya untuk menjaga hubungan baik dan memiliki akhlak mulia kepada sesama.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi, Nabi bersabda: "Berperilakulah dengan akhlak yang baik kepada manusia."
Sayyidina Ali juga menjelaskan bahwa sikap beretika yang baik adalah menyesuaikan diri dengan tradisi selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Imam al-Ghazali dalam kitab Ayyuhal Walad menegaskan bahwa menghormati tradisi yang tidak bertentangan dengan syariat merupakan bagian dari akhlak terpuji.
Sungkeman saat Lebaran bukanlah tradisi yang diharamkan dalam Islam. Sebaliknya, tradisi ini bisa menjadi sarana mempererat hubungan keluarga, menjaga silaturahim, dan menunjukkan penghormatan kepada orang yang lebih tua. Islam memandang tradisi lokal sebagai sesuatu yang patut dilestarikan selama tidak bertentangan dengan prinsip syariat.
Baca juga: Presiden Yudhoyono adakan sungkeman
Baca juga: Jokowi sungkem ibunda sebelum ke KPU
Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025