Beberapa pertanyaan seperti kapan menikah, kapan punya anak dan lainnya kerap dilontarkan kerabat atau anggota keluarga saat sapa menyapa pada momen Lebaran, Nena menjelaskan hal ini sebenarnya merupakan pertanyaan yang netral.
"Perlu disadari bahwa pertanyaan-pertanyaan itu adalah netral sebenarnya. Meskipun memang bagi beberapa orang pertanyaan itu dianggap tidak sopan dan melewati batasan," ujar Nena saat dihubungi dari Jakarta, Jumat.
Dia kembali menambahkan bahwa, memahami bahwa pertanyaan tersebut netral menjadi hal yang penting. Hal ini juga diharapkan agar suasana hati saat libur juga tidak terganggu.
Baca juga: Psikolog beri strategi hadapi pertanyaan "kapan nikah?"
Kedua, tambah dia, orang yang biasanya menanyakan tentang kapan menikah, kapan punya anak dan lain sebagainya adalah orang yang tidak kenal secara personal atau dekat.
"Sehingga basa-basinya kalau tidak seputar kapan nikah, kapan punya anak, biasanya komentarnya lebih ke kok gemukkan, kok kurusan, jadi lebih ke fisik," tambah dia.
Sementara bila seseorang memiliki kedekatan secara emosional biasanya akan menanyakan mengenai kabar atau kondisi belakangan.
Dalam menanggapi pertanyaan yang dirasa sensitif, Nena merekomendasikan untuk melakukan beberapa hal, yakni dengan tersenyum dan kemudian menghindar.
Baca juga: Dokter Hasto beri "tips" jawab "kapan nikah" saat kumpul keluarga
"Paling tidak orang tersebut juga tahu bahwa kita tidak nyaman dengan situasi tersebut " tegasnya.
Kedua yakni menanggapinya dengan santai dan bercanda. "Misalnya, kapan nikah? Ya besok kalau tidak kesiangan," katanya.
Kemudian bila menghadapi orang yang dirasa toksik, dapat senyum dan berlalu saja.
"Jadi tidak mesti semuanya diberikan jawaban yang lengkap," katanya lagi.
Dalam menjawab agar pertanyaan serupa dapat dipahami oleh keluarga atau orang yang lebih tua, perlu diketahui dalam hidup kita terdapat tiga layer relasi, yakni orang yang sangat dekat dengan kita, kedua adalah orang terdekat dan ketiga adalah Tuhan.
Baca juga: Agar jomblo tegar hadapi pertanyaan "kapan kawin?"
Untuk menanggapi orang terdekat bisa saja memilih untuk merespon tersenyum, berlalu dan hanya mengatakan "doakan saja".
Sementara untuk layer kedua yakni orang tua atau keluarga dekat, bisa menyampaikan alasan meski tidak rinci.
Dan pada layer ketiga, menyerahkan sepenuhnya pada Tuhan lewat lantunan doa.
Psikolog yang juga praktik di klinik Bali Psikolog ini mengatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, sehingga sapa menyapa dengan keluarga, kerabat terutama pada momentum Lebaran merupakan hal yang wajar.
Namun setiap orang memang bisa saja memiliki luka batin, ada yang sembuh dan belum sembuh sehingga memiliki sensitivitas masing-masing atas pertanyaan.
"Saya rasa hal ini (pertanyaan yang dianggap sensitif) jangan sampai menghambat kebahagiaan kita dalam menyambut Hari Raya Lebaran," pungkasnya.
Baca juga: Siasat merespons pertanyaan-pertanyaan mengusik semasa Lebaran
Baca juga: Psikolog paparkan cara jaga kesehatan mental & emosi saat mudik
Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2025