Menurut Indra, kondisi pandemi telah mendorong akselerasi digital, terutama pada UMKM. Sepanjang dua tahun terakhir, pelaku UMKM secara tidak langsung mendapat edukasi massal mengenai pentingnya digitalisasi.
"Mereka (pelaku bisnis) yang tadinya ogah-ogahan, 'Ah, nanti saja di online-nya', ketika ada pandemi langsung sedikit panik. Mereka jadi ingin tahu bagaimana caranya meningkatkan bisnis, bagaimana memanfaatkan tren, bagaimana cara berfokus ke marketplace," kata Indra di Jakarta, ditulis Kamis.
Setelah mengetahui edukasi digitalisasi, menurut Indra, kali ini pelaku UMKM cenderung akan mengutamakan pengalaman pelanggan (customer experience) dari teknologi atau solusi digital yang sudah mereka miliki.
Tak hanya dari sisi teknologi, Indra mengatakan pengalaman pelanggan terkait pilihan metode bertransaksi hingga penggunaan layanan logistik yang dapat memudahkan juga penting untuk selalu diperhatikan pelaku UMKM.
Kecenderungan kedua, pelaku UMKM pemula dapat langsung berfokus pada platform penjualan daring. Indra mengatakan hal tersebut terjadi karena mereka akan mempertimbangkan biaya pengeluaran (cost) yang lebih murah ketimbang harus membuka toko secara fisik.
"Kalau mereka memulainya dengan online dulu, sambil mereka mungkin membentuk strategi omni-channel-nya, mungkin cost-nya akan lebih murah," ujar Indra.
Kecenderungan ketiga yang tak kalah penting, pelaku UMKM harus mampu memanfaatkan tren produk yang tengah berkembang atau yang sangat dibutuhkan di masa pascapandemi.
"Seperti tahun kemarin sewaktu awal pandemi kan yang paling dicari adalah alat kesehatan dan produk-produk higenitas," tuturnya.
Menurut Indra, para pelaku usaha dapat menggunakan alat pemasaran (tool marketing) yang tepat untuk mendatangkan traffic ke website toko mereka.
Sebagai contoh, untuk mengetahui produk unik yang sedang tren saat Ramadhan setiap tahunnya, pelaku UMKM dapat memanfaatkan fitur Google Trends untuk mengetahui produk yang sedang diminati pasar.
Kemudian, lanjut Indra, mereka bisa melakukan pemasaran digital melalui Facebook Ads atau Google Ads. Dengan langkah demikian, maka diharapkan penjualan dapat meningkat secara signifikan, ujar Indra.
"Pelaku usaha harus melihat dan memaksimalkan peluang bisnis dengan memanfaatkan banyak kanal penjualan online sebagai prioritas seperti promosi di media sosial dan memaksimalkan website," katanya.
Senior Performance Marketing Exabytes Indonesia Muhamad Raihan Aufa menilai bahwa bulan Ramadhan diyakini menjadi kesempatan emas bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnis mereka.
"Sebetulnya awal Ramadhan ini masih menjadi momen emas. Biasanya puncak transaksi untuk bisnis UMKM terjadi di akhir-akhir bulan hingga lebaran," katanya.
Senada dengan Raihan, Marketing Manager JDL Express Indonesia Iqbal Prakasa menilai bulan Ramadhan menjadi momen yang tepat bagi pebisnis atau seller untuk meningkatkan penjualan, salah satunya dengan menghadirkan produk hampers.
"Tahun 2022 ini boleh dikatakan tahun bangkitnya UMKM setelah dua tahun kita melewati pandemi. Jadi, ini waktu yang pas untuk melebarkan funnel sales, tidak hanya di marketplace saja," ujarnya.
Baca juga: CEO GoTo: Kami beruntung didukung kebijakan yang pro digitalisasi
Baca juga: Dorong ultra mikro dan UMKM naik kelas, BRI perkuat ekosistem digital
Baca juga: Kemendagri gandeng Peruri dorong pemerataan digitalisasi
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022