Ramadhan yang identik dengan shalat berjamaah tarawih di masjid, buka bersama, dan shalat Idul Fitri berjamaah, kali ini dilakukan di rumah masing-masing.
Wakil Duta Besar RI London Adam M. Tugio, Senin, menyatakan sesuai imbauan Pemerintah Inggris dan London Central Mosque yang meminta masyarakat Muslim Indonesia di Inggris untuk melakukan ibadah di kediaman masing-masing.
Dikatakannya masyarakat Indonesia dapat mengambil hikmah positif dari situasi karantina wilayah (lockdown) di Inggris dengan tetap tinggal di rumah dan saling melindungi dan mencegah penyebaran Covid-19 lebih luas.
Baca juga: Ngopi Bareng Virtual cara KBRI London edukasi WNI saat wabah COVID-19
Baca juga: KBRI London terapkan Work from Home
Hal ini juga akan memperkuat kebersamaan bersama keluarga sambil terus produktif melakukan aktifitas pekerjaan.
"Biasanya pada akhir pekan di bulan Ramadhan KBRI London mengadakan acara buka puasa bersama dengan mendatangkan penceramah dari luar, namun kali ini KBRI London memulai kegiatan secara virtual, yaitu e-Ifthar," ujarnya.
Counsellor Pensosbud KBRI London Hartyo Harkomoyo mengatakan pengajian biasanya dilakukan di Gedung KBRI London atau Wisma Nusantara, saat ini dilakukan dengan menggunakan media sosial Zoom dan Youtube.
Tema e-Ifthar pertama adalah Fiqih Islam dalam Kondisi Bencana dengan narasumber Ustadz Muhammad Arief Fuad Assofi dari Universitas Al-Azhar, Mesir.
Dalam ceramahnya Uztadz Arief mengatakan pada zaman Nabi Muhammad saw dan zaman sahabat Umar di Mesir juga pernah terjadi wabah.
Dari catatan Ibn Hajar Al Asqalani, mengatakan harta warisan dalam satu hari pernah berpindah ke sembilan ahli waris.
Ada lima fondasi syariat Islam yang dapat digunakan untuk menghadapi situasi ini yaitu Hifzhun Nafs atau menjaga nyawa, baik nyawa sendiri maupun nyawa orang lain, merupakan landasan utama hukum Islam. Diikuti Hifdul Aql (menjaga akal), Hifzhun Din (menjaga agama), Hifzhun 'Irdh (menjaga kehormatan), dan Hifzhun Milk (menjaga kepemilikan).
Menurut Uztad Arief, agama tidak akan berdiri tanpa pemeluknya mengutamakan Hifzhun Nafs dalam situasi pencegahan penyebaran wabah penyakit.
Ia juga mengingatkan pentingnya menghormati keputusan ahli fiqih di seluruh dunia yang mendahulukan perlindungan nyawa pemeluk agama dalam situasi COVID-19, misalnya dengan tidak melakukan Shalat Jumat atau Shalat Tarawih berjamaah di masjid selama bulan puasa Ramadhan.
Counsellor Hartyo Harkomoyo menyatakan acara e-ifthar virtual merupakan bagian program dari kehadiran KBRI London untuk menjaga silaturahim warga dan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kesehatan fisik dan asupan nutrisi sehat serta mempertahankan kesehatan mental dalam situasi darurat nasional sebagai akibat wabah COVID-19. Khususnya selama bulan Ramadhan dengan puasa yang panjang sekitar 16 jam di Inggris dan Irlandia.
Sejak awal pandemi COVID-19 KBRI, London telah mengadakan berbagai program untuk memberikan layanan perlindungan bagi WNI.
Pertama, program KBRI Menyapa dengan menghubungi WNI di Inggris dan Irlandia secara random, bertanya kabar kesehatan dan perkembangan situasi di kota tempat tinggal. Selain program Ngopi Virtual Bareng Dokter dan Memasak Bareng Chef serta Kesehatan Mental Bermain bersama Keluarga.
Dikatakan program lainnya adalah KBRI Siaga, melayani warga melalui telepon hotline bekerja sama dengan mahasiswa kedokteran yang sedang melanjutkan studi (Tim Dokter Jaga) untuk bantuan praktis seperti memberikan advis, mengirimkan obat, vitamin, alat pelindung/kesehatan serta bahan makanan pokok bagi WNI yang membutuhkan.
Selain itu KBRI Peduli menghimpun sumbangan sukarela untuk disalurkan kepada saudara di tanah air membutuhkan melalui PPI.*
Baca juga: Inggris kekurangan APD, penjahit kostum di London bikin baju medis
Baca juga: Hidup dalam bayangan Covid-19
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020