Harganya yang terjangkau membuat Satrio, pelanggan Nasi Uduk Pasar Thomas asal Solo, Jawa Tengah, mengaku rela mengantre atau datang lebih awal sebelum warung buka.
"Dulu sempat awal-awal antre panjang tapi sekarang milih dateng lebih awal sebelum warungnya buka bahkan, biar bisa dapat pelayanan lebih dulu," ujar Satrio yang ditemui ANTARA saat bersantap di warung Nasi Uduk Pasar Thomas, Jakarta, Rabu (29/5) dini hari.
Hanya dengan Rp15.000, menurut Satrio, dirinya sudah dapat menikmati nasi uduk lengkap dengan tiga varian lauk pauknya di warung yang berlokasi di Jalan Cideng Timur, Petojo Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, ini.
"Harga terjangkau banget ya, apa lagi buat ukuran tinggal di Jakarta, paling kalau di luaran dengan tiga varian lauk bisa Rp20.000 di sini cuma Rp15.000," kata Satrio.
Warung nasi yang terletak di kawasan Kali Cideng tersebut awalnya memang buka pada pukul 19.00 WIB, namun akhirnya Fatimah, pemilik warung Nasi Uduk Pasar Thomas, mengatakan mengubah jam buka warung menjadi pukul 00.30 WIB sampai dengan pukul 04.30 WIB.
"Dulu awalnya tahun 2007 sih normal buka malam jam tujuhan. Nah pas tahun 2011 mulai deh buka jam setengah satu," katanya.
Fatimah memiliki alasan tersendiri mengapa membuka warungnya pada dini hari, ketika beberapa warung nasi mulai tutup. Dengan menyajikan makanan dalam keadaan hangat, dirinya yakin dapat menarik masyarakat untuk singgah ke warung tersebut.
Makanan yang disajikan tidak hanya nasi uduk saja, tapi warung makan ini juga menghindangkan nasi kuning dan nasi goreng lengkap dengan segala jenis lauk pauknya mulai dari telor balado, sayur urap, daging balado serta pelengkapnya yaitu sambal kacang.
Untuk harga, ibu dua anak ini mematok cukup relatif terjangkau bagai masyarakat, tergantung dari lauk apa yang dipilih oleh pembeli.
"Kalau buat harga relatif terjangkau ya, mulai dari sepuluh ribu rupiah sampai dua puluh lima ribu rupiah tergantung lauknya apa," ujar Fatimah.
Berkat warung nasi yang sudah dikelolanya selama 12 tahun ini Fatimah bersama suaminya berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga tingkat perguruan tinggi.
"Alhamdullilah, anak-anak kuliah semua kan kewajiban ya nyekolahin anak jadi anak itu ibaratnya udah dikasih umpannya biar nanti bisa nyari ikannya sendiri, bukan anak tinggal dikasih ikan," kata Fatimah.
Pewarta: Virna P Setyorini/Muhammad Adimaja
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019