"Kami memanfaatkan momen bulan puasa ini. Karena di bulan puasa, semangatnya terasa, orang-orang berupaya menjadi lebih baik, melakukan lebih banyak amal baik," kata Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia Muharram Atha Rasyadi di Jakarta, Selasa.
Namun demikian, upaya untuk meningkatkan amal baik di Bulan Ramadhan, cenderung tidak diiringi dengan kesadaran mengurangi penggunaan plastik. "Di sisi lain tidak diimbangi perubahan perilaku yang pro lingkungan. Plastik tetap dipakai," katanya.
Bahkan di Bulan Ramadhan, penggunaan plastik justru meningkat. Ia menyebut pada Ramadhan tahun lalu, tercatat di Indonesia dihasilkan 289 ton sampah per harinya.
Dalam mengkampanyekan pengurangan penggunaan plastik kepada masyarakat, Greenpeace Indonesia menggandeng Nahdlatul Ulama dan Majelis Ulama Indonesia.
Pasalnya dalam agama pun, ada ajaran untuk menjaga lingkungan. "Agama sebenarnya mengajarkan untuk menjaga lingkungan. Tapi isu ini tidak populer. Nah kami butuh NU, MUI untuk menyampaikan pesan kampanye ini," katanya.
Sementara Direktur Bank Sampah Nusantara LPBI Nahdlatul Ulama Fitria Ariyani sangat mendukung kampanye #PantangPlastik ini.
"Di lingkungan NU, kami sudah mulai mengadakan Ngaji Plastik, sebagai langkah mengedukasi umat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai," kata Fitria.
Ia mengatakan, melalui Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar NU 2019, NU mendorong pemerintah dan perusahaan untuk melakukan tanggung jawabnya sesuai UU Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
Menurut Fitria, dalam UU tersebut termuat dengan jelas tanggung jawab perusahaan atas sampah yang dihasilkannya.
"Inilah yang seharusnya jadi fokus pemerintah untuk menekan perusahaan mengaplikasikan prinsip penggunaan kembali, bukan justru berkutat pada peningkatan kapasitas daur ulang," katanya.*
Baca juga: Masyarakat Jakarta diajak "puasa plastik" selama Ramadhan
Baca juga: Greenpeace: Sampah plastik ancaman nyata bagi satwa
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019