Salah satu peziarah, Ibrul di Banda Aceh, Minggu, mengaku selalu mengunjungi kuburan massal tempat disemayamkan korban tsunami Aceh setiap tahun pada hari-hari besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha untuk mendoakan kedua orang tuanya yang syuhada.
Baca juga: Penyintas: 20 tahun tak pernah putus berdoa di kuburan massal tsunami
"Setiap tahun dua kali saya datang untuk mengirimkan Al Fatihah dan Yasin untuk kedua orang tua yang sudah meninggal saat kejadian tsunami,” katanya.
Dia menuturkan bahwa ziarah ini merupakan caranya mengenang dan mendoakan orang tuanya, meskipun tragedi gempa berkekuatan 9,2 SR dan tsunami yang melanda Banda Aceh pada 26 Desember 2004 telah berlalu 21 tahun.
“Saat kejadian usia 13 dan kini usia saya 34 tahun. Saya masih sangat rindu dengan mereka, apalagi saya merupakan anak tunggal. Biasanya saya berdoa di rumah, karena tidak tahu kuburannya di mana. Tapi, karena hari ini momentum sakral, saya datang ke sini,” katanya.
Peziarah lain, Darma, juga menyampaikan selalu berziarah ke kuburan massal Ulee Lheue setiap Lebaran usai melaksanakan shalat Id untuk mendoakan saudaranya yang menjadi korban tsunami.
“Ada ibu, ayah, kakak, dan adik, serta saudara-saudara lain yang saya doakan di sini,” katanya.
Darma menjelaskan bahwa keluarganya yang telah tiada berada di Kajhu, Aceh Besar, saat bencana terjadi. Karena jenazah mereka tidak ditemukan, ia menduga mereka dimakamkan di kuburan massal Ulee Lheue.
“Jenazah mereka tidak ditemukan di daerah Kajhu, jadi kemungkinan besar mereka dimakamkan di sini,” katanya.
Baca juga: Bunga tabur di kuburan massal Tsunami Aceh laris manis saat Lebaran
Baca juga: Kuburan massal korban tsunami dipenuhi peziarah
Bencana gempa dan tsunami Aceh pada 2004 menelan lebih dari 250 ribu korban jiwa. Di Banda Aceh, kuburan Massal Ulee Lheue menjadi salah satu tempat pemakaman para korban.
Terdapat 14.264 lebih korban yang dikuburkan tanpa nisan di sana, karena banyaknya jumlah korban yang berjatuhan.
Pewarta: Nurul Hasanah
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025