Jangan sampai umat Islam sendiri yang merusak kemuliaan bulan puasa.
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar UIN Alauddin Makassar Muammar Bakry mengajak umat Islam agar menghayati peristiwa Nuzululqur'an pada bulan puasa dan tidak hanya menjadi rutinitas tahunan semata.

Seharusnya, kata Prof. Muammar Bakry, hikmah Nuzululqur'an selalu ada pada diri seorang muslim dengan mengamalkan akhlakul karimah, terlepas di mana dan kapan berada. Maka, ironis ketika pada bulan puasa sering kali terdengar pihak-pihak tertentu melakukan kekerasan.

"Seharusnya, hikmah Nuzululqur'an itu tidak lagi melihat sekat waktu dan tempat, tetapi turunnya Al-Qur'an ditunjukkan dengan esensinya yang segera diamalkan dengan sebaik-baiknya," kata Bakry dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Rabu.

Prof. Muammar menjelaskan bahwa pada bulan puasa tidak hanya dimaknai oleh umat Islam sebagai waktu untuk melakukan ibadah puasa, tetapi juga diperingati sebagai bulan turunnya kitab suci Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad saw., yaitu Nuzululqur'an. Maka, yang menjadi pertanyaan adalah sejauh mana Al-Qur'an diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Ia mengemukakan bahwa kepandaian atau kepiawaian secara ritual seseorang dalam beragama juga akan meningkatkan kesalehan seorang individu dalam perilaku sosialnya.

Namun, sayangnya masih banyak orang atau kelompok yang mengaku paling beragama justru membuat kegaduhan dengan memaksakan versi kebenarannya terhadap orang atau kelompok lain.

Baca juga: Warga Banda Aceh sediakan kuah beulangong sambut Nuzululqur'an

Baca juga: Peringati Nuzululqur'an, Pemprov Papua ajak umat muslim introspeksi

"Seharusnya ritual ibadah yang dilakukan dengan baik dan memahami hakikat dari ibadah tersebut pasti akan berdampak secara sosial. Jadi, tidak ada orang yang ibadahnya bagus, tetapi kemudian menampilkan sikap egois. Itu berarti tidak ada pengaruh dan dampak positif dari ibadah tersebut," kata dia.

Ia berharap agar bulan puasa yang juga bertepatan dengan perayaan Nyepi ini bisa memberi hikmah bagi semua umat beragama.

Menurut dia, berdekatannya Lebaran dengan Hari Raya Nyepi seharusnya membuat umat Islam dan Hindu bisa saling menghargai dalam merayakannya.

"Umat Islam akan lebih tampak syiarnya dengan banyak kegiatan, terutama menjelang Lebaran. Di sisi lain, Hari Raya Nyepi diharapkan bisa menyampaikan pesan untuk membendung diri dari kegiatan-kegiatan yang melibatkan keramaian," kata dia.

Selain itu, dia mengatakan bahwa sering kali masyarakat nonmuslim sangat menghargai orang beragama Islam yang berpuasa. Bahkan, jarang terdengar tindakan-tindakan yang meresahkan masyarakat oleh nonmuslim saat bulan puasa.

"Jangan sampai umat Islam sendiri yang merusak kemuliaan bulan puasa," katanya.

Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2025