Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) bersama Asosiasi Depo Kontainer Indonesia (Asdeki) meminta pemerintah mengkaji ulang pelarangan operasional truk dengan sumbu tiga selama masa Lebaran dari 24 Maret hingga 8 April 2025.

“Masa libur ini sangat panjang dan sangat berdampak bagi pengusaha truk, pengusaha kontainer, sopir, kernet hingga buruh pelabuhan,” kata Ketua Umum Aptrindo, Gemilang Tarigan di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, pada tahun 2024 masa libur Lebaran hanya 10 hari, yakni lima hari sebelum Lebaran dan lima hari setelah Lebaran.

Sedangkan jumlah orang mudik di tahun ini diprediksi turun 24,6 persen dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. "Harusnya libur tahun ini lebih sedikit dibanding tahun lalu," kata dia.

Ia mengaku dengan adanya kebijakan libur yang panjang ini membuat pengusaha angkutan truk merugi karena tidak ada pengangkutan kontainer dari depo maupun yang diantarkan ke depo.

Baca juga: Menhub: Tidak ada larangan truk hanya pembatasan operasional

Selain itu, aktivitas pelabuhan juga tidak ada karena tidak ada pengangkutan kontainer. Hal ini berdampak terhadap buruh di pelabuhan yang tidak memiliki pendapatan.

"Kami prediksi kerugian yang akibat kebijakan ini mencapai Rp1 triliun hingga Rp5 triliun," kata Gemilang.

Ia mengakui sebelum kebijakan ini dibuat pihaknya mengikuti rapat online tapi usulan mereka terkait lamanya masa libur tidak ditanggapi.

"Kami mengerti dengan perayaan Idul Fitri tapi ini menyangkut kepentingan yang lebih besar, yakni perekonomian bangsa,” kata dia.

Ketua Asdeki, Mustafa Kamal menambahkan, penghentian ini akan berdampak terhadap kapal yang datang dari luar negeri di Pelabuhan Tanjung Priok akan kosong.

"Kapal luar negeri akan pulang bawa kontainer yang mereka bawa, industri kurang bahan baku, produksi terhenti dan buruh tidak bekerja," kata dia.

Baca juga: ASDP alihkan penyeberangan truk dukung arus balik Jawa dan Sumatera

Menurut dia, di Jakarta ini ada 53 perusahaan yang aktif di bisnis. Satu perusahaan setiap bulan rata-rata ada 7.000 hingga 8.000 kontainer yang masuk dan keluar masuk.

"Kami perkirakan ada 300 ribu pengangkutan kontainer yang terhambat," kata dia.

Selain itu, adanya libur ini membuat terjadinya penumpukan di pelabuhan dan tentu ini berdampak pada biaya penanganan di pelabuhan.

"Selain itu ada biaya 'demorage' atau biaya sewa kontainer ada biaya mencapai 20 dolar Amerika Serikat per feet per harinya. Itu juga dikenakan biaya progresif,” kata dia.

Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025