Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy menyatakan bahwa perlu kesediaan investor dalam negeri untuk menjadi market maker maupun liquidity provider demi memperbaiki kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Ia menuturkan bahwa peran market maker maupun liquidity provider tersebut bisa dijalankan oleh institusi-institusi dalam negeri yang mengelola dana dalam jumlah besar.

“Yang utamanya diperlukan (untuk memperkuat kondisi IHSG) adalah investor institusi dalam negeri yang mengelola dana besar untuk bersedia menjadi market maker atau liquidity provider,” ucap Budi Frensidy saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan bahwa institusi nasional yang dimaksud misalnya perusahaan asuransi sosial seperti BPJS Ketenagakerjaan yang tercatat memiliki dana kelolaan sekitar Rp800 triliun, serta lembaga pengelola dana pensiun berskala nasional seperti TASPEN dan dana pensiun BUMN.

Market maker atau pembuat pasar adalah pihak yang membeli dan menjual aset keuangan untuk menjaga kestabilan dan likuiditas pasar saham. Sementara liquidity provider berperan sebagai katalisator likuiditas pasar dengan memfasilitasi transaksi terhadap instrumen yang dapat diperdagangkan.

Selain itu, Budi juga meminta pemerintah untuk mempertimbangkan kembali program-program yang memberatkan kondisi fiskal negara dan keuangan BUMN.

“Pemerintah jangan terlalu ambisius dengan proyek-proyek yang kurang realistis dan sangat memberatkan fiskal dan juga BUMN,” ujarnya.

Senada dengan Budi Frensidy, Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Teuku Riefky juga menyampaikan bahwa pemerintah perlu mengurangi berbagai kebijakan yang memberatkan untuk mengembalikan kepercayaan investor.

“Perlu kepastian kebijakan, kepastian hukum, dan mengurangi berbagai langkah kebijakan yang merugikan, ini kan banyak sekali isu setiap hari, baik itu terkait ekonomi dan non-ekonomi yang menimbulkan kegaduhan di masyarakat, nah hal-hal seperti ini perlu dikurangi,” kata Teuku Riefky saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Selasa.

Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) yang dipicu oleh penurunan IHSG yang mencapai lebih dari 5 persen.

Pada penutupan perdagangan sesi I, Selasa siang, IHSG tercatat ditutup melemah 395,87 poin atau 6,12 persen ke posisi 6.076,08. Sementara itu, indeks LQ45 tercatat turun 38,27 poin atau 5,25 persen ke posisi 691,08.

Sedangkan pada penutupan perdagangan Selasa sore, IHSG ditutup melemah 248,56 poin atau 3,84 persen ke posisi 6.223,39. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 20,34 poin atau 2,79 persen ke posisi 709,01.

Baca juga: LPEM: IHSG anjlok, perlu kebijakan pemerintah yang kurangi uncertainty

Baca juga: IHSG anjlok lima persen, perdagangan saham dibekukan sementara

Baca juga: Apa itu trading halt dan apa dampaknya?

Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025