Jakarta (ANTARA) - PT Sumber Energi Surya Nusantara (SESNA) siap memulai konstruksi pembangkit listrik tenaga surya fotovoltaik (PV) untuk operasional pengolahan bijih nikel berkapasitas 255 MWp di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah pada Oktober mendatang.

“Kami sedang di masa financial close dan pengadaan lahan, dan kami mengharapkan untuk memulai konstruksi pada Oktober. Kami juga targetnya mestinya konstruksi akan komplet pada kuartal 1 2026, jadi siap beroperasi antara bulan Januari sampai Maret 2026,” kata CEO SESNA Rico Syah Alam dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Rico menuturkan proyek ramah lingkungan ini bekerja sama dengan perusahaan Australia, Nickel Industries Limited (NIC). Proyek tersebut akan menyediakan energi terbarukan untuk dua smelter milik NIC, yakni Hengjaya Nickel dan Ranger Nickel.

Proyek ini akan dibangun pada lahan seluas 200 hektare yang merupakan lahan bekas tambang.

Namun, Rico menyebut perusahaan masih menghadapi sejumlah tantangan, salah satunya proses pembebasan lahan termasuk proses mendapatkan izin dan tantangan dari segi pendanaan.

Dari segi pendanaan, dibutuhkan belanja modal sebanyak 185-190 juta dolar AS atau sekitar Rp2,97-3,05 triliun yang berasal dari dua sumber. Sumber pertama berasal dari keuangan perusahaan dengan persentase sebanyak 20-30 persen, dan sumber kedua berasal dari pinjaman internasional.

Lebih lanjut, Rico menjelaskan bahwa PLTS yang juga dilengkapi dengan 80 MWh penyimpanan energi baterai (BESS) itu mampu mengurangi produksi CO2 hingga 6.832.707 ton sepanjang masa 25 tahun operasional.

Angka tersebut didapatkan dari jumlah offset emisi karbon dari konsumsi batu bara smelter Hengjaya Nickel dan Ranger Nickel dengan daya sekitar 200 MW yang beroperasi penuh sepanjang tahun.

“Mereka kebutuhannya sekitar dua ratusan lebih megawatt untuk menggunakannya secara stabil 24 jam 365 hari dalam setahun. Sedangkan kami hadir juga sekitar di angka 200 MW yang beroperasi dari 06.00 pagi sampai 06.00 malam. PV bisa dipertimbangkan sebagai pembangkit listrik yang tidak menghasilkan CO2, maka nilai pengurangannya dari situ," jelas Rico.

Baca juga: Sasa gunakan PLTS atap Suryanesia yang mereduksi 634 ton karbon
Baca juga: PLTS Pulau Tiga siap terangi Desa Nusela Maluku Tengah
Baca juga: PLN Nusantara Power berhasil pangkas 17 juta ton emisi CO2

 

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024