Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berkomitmen menjadikan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2024 sebagai momentum untuk membentuk kelompok keluarga Indonesia yang sadar akan kesiapsiagaan bencana.

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis, mengatakan, pihaknya menggelar sejumlah latihan dan simulasi kesiapsiagaan bencana yang melibatkan keluarga Indonesia pada HKB 2024​​​​​​.

​​​​HKB 2024 mengusung tema "Indonesia Tangguh, Indonesia Hebat" yang puncak kegiatannya memanfaatkan banyak tempat, seperti fasilitas pendidikan, rumah sakit hingga pasar rakyat di Provinsi Sumatera Barat pada Jumat (26/4).

Pelaksanaan latihan atau simulasi pada HKB 2024 ini mendapatkan dukungan penuh, salah satunya melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang menerbitkan surat nomor 11385/A.A7/HM.00.00/2024 perihal Partisipasi Hari Kesiapsiagaan Bencana 2024.

"Melalui surat edaran tersebut Kemendikbudristek mengimbau untuk termasuk seluruh perguruan tinggi di lingkungan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III untuk berpartisipasi dalam HKB," kata dia.

Selain latihan, ia menambahkan, BNPB dan BPBD Sumatera Barat juga menyosialisasikan penanda garis biru sebagai zona aman dari tsunami yang dibuat pada akses jalan sekaligus mengenalkan sirine peringatan dini tsunami yang dapat diakses oleh kelompok difabel tuna rungu.

Menurut Abdul, semua ini dilakukan karena BNPB menilai pelatihan kesadaran bencana berbasis keluarga penting sebagaimana hasil survei atas penyelamatan gempa bumi Kobe.

Dari hasil survei yang dilakukan di Jepang
tahun 1995 itu mengungkapkan bahwa persentase warga selamat dari bencana karena bantuan dari sesama anggota keluarga mencapai angka 31,9 persen, kemudian atas kemampuan penyelamatan diri sendiri sekitar 34,9 persen.

Ia mengungkapkan, sejumlah poin utama dalam pelatihan tersebut antara lain kepala keluarga dan anak-anak dapat memahami terlebih dahulu setiap ancaman bahaya, kerentanan dan kapasitas.
Kapasitas ini dapat berbentuk banyak hal, seperti cara tepat evakuasi, kemampuan untuk berenang dan melindungi diri.

Berikutnya, keluarga dapat menggagas solusi ketika terjadi bencana, misalnya penentuan titik kumpul keluarga, memiliki nomor telepon lembaga untuk dukungan darurat, hingga penyiapan peralatan siaga bencana.

BNPB memastikan pula setiap keluarga bisa memanfaatkan aplikasi inaRISK yang dapat diunduh melalui ponsel pintar. Aplikasi inaRISK ini dikembangkan BNPB untuk memublikasikan upaya mitigasi setelah ancaman bahaya teridentifikasi.

Baca juga: Menko PMK minta pemda kenali tipologi kebencanaan masing-masing daerah

Baca juga: BNPB: Penanganan darurat dampak erupsi Gunung Ruang berjalan baik

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024