Selama Ramadhan, mualaf Badui itu memperdalam pengajian agar mereka menerima ajaran Islam dengan benar, seperti bagaimana tata cara ibadah, membayar zakat juga ibadah lainnya
Lebak, Banten (ANTARA) - Kampung mualaf masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, menjadikan momentum Ramadhan 1422 Hijriah untuk dimanfaatkan memperdalam ajaran Islam.

Mereka, warga Badui mualaf itu tersebar di sejumlah Kecamatan Leuwidamar dengan difasilitasi oleh sebuah yayasan pembina dengan membangun permukiman, yang juga dilengkapi tempat sarana agama.

Permukiman Badui mualaf di Kampung Landeuh, misalnya, tercatat sebanyak 33 kepala keluarga dengan 114 jiwa kini setiap malam memadati masjid di kampung setempat.

Para Badui mualaf itu mulai anak-anak hingga orang dewasa melaksanakan shalat tarawih berjamaah, buka bersama, mengaji Al Quran, diskusi-diskusi kajian tafsir Al Quran, ilmu fiqh, tauhid hingga amalan dalam bentuk wiridan.

Selama Ramadhan kampung Badui mualaf itu meramaikan masjid untuk mengkaji ajaran Islam dengan tausiyah yang dipandu oleh kyai atau ustadz yang ditunjuk oleh yayasan.

"Kami merasa senang bisa mengikuti pengajian guna memperdalam ajaran Islam itu," kata Sudin (55), seorang tokoh Badui Muslim di Kampung Landeuh, Kabupaten Lebak.

Masyarakat Badui yang tinggal di permukiman di bawah Yayasan At Taubah BSD Tangerang itu sejak awal Ramadhan hingga kini memaksimalkan untuk belajar ajaran Islam.

Sebab, kata dia, mereka para mualaf Badui itu masih banyak yang belum mengetahui ajaran Islam juga tentang ketauhidan.

Selama Ramadhan, mualaf Badui itu memperdalam pengajian agar mereka menerima ajaran Islam dengan benar, seperti bagaimana tata cara ibadah, membayar zakat juga ibadah lainnya.

Konteks ajaran Islam itu sangat luas dan ibadah bukan hanya menunaikan shalat lima waktu saja, tetapi umat Muslim juga memiliki kewajiban untuk menjaga pelestarian lingkungan alam guna mencegah bencana alam.

Selain itu juga agama Islam merupakan "rahmatan lil alamin" sebagai penyebar kasih sayang, mencintai kedamaian di alam semesta tersebut.

Umat Islam juga wajib memiliki jiwa solidaritas sosial dan peduli untuk saling membantu serta menolong kepada sesama manusia, karena merupakan bentuk perbuatan kesalihan amal ibadah.

Bahkan, kata dia, cinta terhadap Tanah Air juga merupakan bentuk ibadah.

"Kami menilai ajaran Islam itu luar biasa, sehingga momentum Ramadhan kali ini dimanfaatkan untuk belajar mengaji guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT," kata Sudin, yang sudah 10 tahun menjadi mualaf itu.

Bulan ampunan

Bagi Rukmana (55), warga mualaf Badui lainnya, Bulan Ramadhan merupakan bulan suci umat Islam untuk melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan guna meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT.

"Sebab, bulan suci Ramadhan adalah bulan penuh barokah dan ampunan (maghfiroh)," katanya.

Karena itu, warga Badui mualaf tentu menyambut bahagia setiap bulan suci Ramadhan karena mereka mengoptimalkan kegiatan kerohanian untuk mempertebal keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT

Mereka para mualaf Badui itu memeluk agama Islam setelah diberi hidayah oleh Allah SWT tanpa paksaan dan kini anak-anak menerima pendidikan formal juga menimba ilmu agama di pesantren.

Masyarakat adat Badui tentu harus taat terhadap adat leluhur dan tidak boleh dilanggar dan mereka menolak terhadap pendidikan formal maupun kehidupan modernisasi.

"Kami merasa bahagia setelah menjadi Muslim, kini dua anak saya juga belajar ilmu agama di pesantren," katanya.

Ia mengaku bahwa dirinya memeluk agama Islam bersama orang tua dan tinggal di permukiman Kampung Landeuh.

Saat ini, bersama keluarga selama Ramadhan melaksanakan kegiatan keagamaan.

"Kami sejak dua tahun mendalami ajaran Islam dan kini mampu membaca Al Quran juga melaksanakan ibadah shalat," kata Rukmana.

Begitu juga mualaf Badui lainnya, Kesih Samsiah (40) mengaku dirinya merasa bahagia setelah memeluk agama Islam, yakni kehidupanya tanpa terikat adat lagi.

Selama Ramadhan, warga Badui yang telah memeluk Islam ini lebih memperdalam kajian ilmu agama. Anak-anak mereka ditampung dan mendapat bantuan dari yayasan untuk mengenyam pendidikan di sekolah umum dan pondok pesantren.

Kesih menyatakan memeluk agama Islam berawal dari orang tuanya tinggal di perumahan yang berada di luar kawasan hak ulayat masyarakat Badui dan menempati bangunan rumah yang menggunakan atap genteng dan tembok.

Penggunaan bangunan perumahan itu tentu bertentangan dengan adat Badui, sehingga orang tuanya sangat keberatan dengan adat tersebut hingga orang tuanya bernama Arman sekeluarga memeluk agama Islam.

"Kami sekarang tinggal di pemukiman Kampung Landeuh dengan orang tua," kata Kesih.

Baca juga: Badui Muslim gelar upacara HUT Kemerdekaan di kaki gunung kendeng

Baca juga: Yasamu optimistis warga Badui Muslim mandiri melalui pelatihan


Majukan Badui mualaf

Ketua Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (Yasamu), H Ashari mengatakan, pihaknya hadir lantaran ingin memajukan warga Badui mualaf yang tinggal di Perkampungan Lembah Barokah Ciboleger itu.

Para mualaf yang tinggal di Perkampungan Lembah Barokah Ciboleger itu terdiri atas 40 kepala keluarga (KK) dan ratusan jiwa dan selama Ramadhan mendapatkan bimbingan agama Islam.

Warga Badui Muslim tersebar di Klaster Arrojak, Arrohman, Arrohim, dan Assalam dengan lahan seluas 10 hektare.

Fasilitas yang disediakan Yasamu di perkampungan, terdiri atas masjid, majelis taklim, gedung pendidikan anak usia dini (PAUD), pondok pesantren, serta lahan perkebunan dan pertanian.

Dengan mengolah hasil pangan sendiri, diharapkan mereka bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

"Semua warga Badui mualaf itu menerima tempat tinggal, pendidikan, dan pesantren secara gratis," kata Ashari.

Tenaga penyuluh agama Kemenag Kabupaten Lebak Erni menyatakan, pihaknya saat ini terus melakukan pembinaan rohani terhadap warga Badui mualaf agar kehidupan mereka menjadi lebih baik dan sejahtera.

Untuk itu, Kemenag rutin menjadwalkan berbagai kegiatan keagamaan yang diikuti para mualaf selama Ramadhan.

"Kami setiap pekan menggelar pengajian ibu-ibu di sini yang seluruhnya warga Badui mualaf untuk pemahaman agama Islam yang benar, sehingga mereka bisa melakukan ibadah shalat, puasa, dan zakat," kata Erni

Butuhkan bantuan

Anggota DPRD Kabupaten Lebak Dian Wahyudi meminta Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, membina warga suku Badui yang menjadi mualaf itu.

Tujuannya, agar keyakinan ketauhidan mereka lebih kuat dan kehidupan ekonominya menjadi lebih baik.

"Kami berharap, instansi yang terkait dapat menangani pembinaan warga Badui mualaf itu," katanya.

Dian mendorong pemkab hendaknya turun tangan melalui instansi terkait guna melakukan pembinaan terhadap warga Badui mualaf agar kehidupannya menjadi lebih baik.

Pembinaan itu, bisa melalui pengajaran kerohanian spiritual yang dilakukan Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Lebak agar memahami ajaran Islam dengan benar.

Sedangkan pembinaan ekonomi bisa melalui Dinas Koperasi dan usaha kecil menengah (UKM) serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak juga harus digencarkan.

Para mualaf ini juga berhak mendapat pembinaan kesehatan oleh Dinas Kesehatan dan pelatihan sektor pertanian oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak.

Tidak hanya itu, kata dia, mereka idealnya juga mendapatkan pendampingan secara berkelanjutan guna mencapai keberhasilan pada sektor pendidikan, sosial, ekonomi, dan kesehatan.

"Kami berharap, warga Badui mualaf dapat pembinaan dari pemerintah daerah agar mereka hidup mandiri sehingga tingkat kehidupan ekonomi mereka menjadi lebih baik," kata Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kabupaten Lebak itu.

Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Lebak KH Akhmad Khudori mengatakan masyarakat Badui mualaf yang tinggal di permukiman yang dibangun yayasan agar mendapatkan pendampingan bidang sosial, keagamaan hingga perekonomian.

Mereka warga Badui mualaf perlu mendapat pendampingan untuk membimbing peribadatan, belajar membaca kitab suci Alquran hingga kajian keagamaan.

Sebab, mereka secara sosiologis, sebagai mualaf juga berisiko mengalami efek sosial dan ekonomi akibat pindah agama yang dijalaninya itu.

Oleh karena itu,  program pendampingan tentu menjadi kebutuhan bagi mualaf Badui agar mereka hidup sejahtera juga memiliki ilmu. Di samping itu juga mualaf Badui masuk kategori asnaf atau penerima zakat.

Selama ini, jumlah mualaf Badui terus bertambah setiap tahunnya, namun mereka hingga kini difasilitasi oleh yayasan dengan membangun perkampungan itu.

MUI Kabupaten Lebak mengapresiasi terhadap yayasan yang membangun perkampungan mualaf Badui tersebut.

"Kami berharap dapat optimal mendampingi para mualaf Badui itu agar kehidupan mereka menjadi lebih baik," katanya.

Dengan kondisi mualaf Badui itu, yang membutuhkan bantuan dan pendampingan bagi keberlanjutan kehidupannya, baik secara spiritual dan juga sosial, ekonomi dan budaya, maka semua pihak terkait, tidak hanya yayasan yang selama ini mengurusnya, bisa saling membangun sinergi.

Tujuannya, sebagai bagian dari anak bangsa, warga mualai Badui itu adalah anak negeri, yang juga punya hak sama untuk lebih berdaya dan sejahtera.

Baca juga: Yasamu didik warga Badui Muslim jadi SDM andal

Baca juga: Anak Badui Ciboleger-Banten belajar di PAUD dengan tatap muka

Baca juga: Lala dan Firda, anak Badui Muslim sukses kibarkan Merah Putih



 

 

Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021