Ini kesempatan buat saya untuk berhaji, mumpung ada di sini (Saudi), kalau dari Indonesia berapa biayanya."
Mina (ANTARA News) - H .Memed Amin (58) sudah 16 tahun bekerja di Arab Saudi.

Ia berencana tahun ini berhenti kerja dan pulang ke Tanah Air. Tetapi terpaksa memperpanjang kerja sebagai pengemudi setahun lagi karena rencana bertemu istri di Saudi tertunda.

"Istri saya terkena potongan kuota haji. Rencananya ia akan berangkat haji tahun ini, tahu-tahu April lalu diberitahu batal berangkat karena terkena pemotongan kuota," katanya.

Ia berharap tahun depan istrinya bisa berangkat ke Tanah Suci sehingga cita-citanya bertemu istri di Makkah terlaksana.

"Saya sadar ini panggilan dari Allah, saya berusaha sabar, apalagi saya dengar tahun depan haji akbar," kata Memed yang ditemui sedang mabit di tepi jalan di Jamarat, Rabu petang.

Tetapi, karena ingin segera bertemu istri di Makkah, maka ia minta istrinya beribadah umroh tahun ini. "Insya Allah bulan 12 (Desember) nanti istri saya umroh," katanya.

Ayah tiga anak itu ditemui sedang melaksanakan ibadah haji secara mandiri, tanpa maktab, sehingga tidak punya tenda di Mina.

Bersama rekan-rekannya, Memed hanya menggelar tikar di tepi jalan di depan area melempar jumroh di Jamarat. Mereka makan dan tidur di sana.

Ini adalah haji ke-16 bagi Memed, yang bekerja sebagai pengemudi di perusahaan bus Saptco, bus yang banyak disewa oleh jemaah haji.

Kali ini pun, Memed melaksanaan ibadah hajinya di sela bertugas mengemudikan bus yang disewa jemaah haji asal India.

"Sekalian saja, mereka wukuf saya ikut wukuf. Sekarang mereka sedang mabit di Mina, bus diparkir di garasi, saya bisa ke sini. Nanti dua hari lagi baru saya jemput mereka," katanya.

Berbeda dengan Memed, musim haji 2013 adalah haji pertama bagi Suryati (40) pekerja rumah tangga asal Sukabumi.

Meski sudah bekerja selama 12 tahun di keluarga Arab Saudi, tidak mudah bagi dia memperoleh izin dari majikan untuk melaksanakan haji.

"Tidak mudah untuk memperoleh izin dari majikan untuk beribadah haji," kata Suryati yang suaminya juga bekerja di keluarga yang sama sebagai sopir. Suryati yang bekerja di Jeddah itu hanya membutuhkan biaya untuk ongkos dari Jeddah ke Makkah serta biaya makan selama berhaji.

"Ini kesempatan buat saya untuk berhaji, mumpung ada di sini (Saudi), kalau dari Indonesia berapa biayanya," kata ibu empat anak itu.

Ia juga berencana menyudahi masa kerjanya di Saudi. "Tahun ini terakhir saya kerja di sini, saya mau pulang saja, tidak apa-apa di kampung hanya bertani," kata Suryati. (F005)

Pewarta: Fitri Supratiwi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013