Makkah (ANTARA News) - Menteri Agama Suryadharma Ali, Sabtu (12/10) malam waktu setempat, bertemu dengan President of Religious Affairs Turki Prof. dr. Mehmet Gormez, untuk menjajaki kerjasama di bidang keagamaan dan haji.

"Baru saja kami bertemu dengan Prof. Dr. Mehmet Gormez, President of Religious Affairs Turki membicarakan pengelolaan penyelenggaraan haji Indonesia maupun Turki," kata Menag usai pertemuan di Kantor Urusan Haji Turki di Makkah.

Suryadharma mengatakan, mereka juga bertukar pengalaman mengenai pengelolaan umroh serta kewenangan masing-masing.

Dalam pertemuan tersebut terungkap bahwa penentuan jemaah yang akan berangkat haji di Turki dilakukan dengan cara diundi sedangkan di Indonesia menggunakan sistem "first come first served" (yang daftar duluan dilayani duluan).

Mehmet menilai sistem yang diterapkan di Indonesia lebih adil. Namun, ia juga bertanya mengenai jamaah yang usianya di atas 60 tahun.

"Awalnya kami sempat ingin membatasi, namun jamaah kami tidak mempedulikan usia dan penyakit saat datang ke Makkah. Bahkan mereka siap untuk meninggal di sini," kata Suryadharma.

Menag juga menyebutkan bahwa kedua belah pihak saling mengundang ke negara masing-masing.

"Delegasi kami akan datang ke Jakarta untuk merintis kerja sama. Saya percaya, Kementerian Urusan Haji Arab Saudi pun akan gembira dengan kerja sama kita," kata Mehmet.

Sementara itu, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh Anggito Abimanyu, Turki menilai Indonesia memilki sejumlah kekhususan di antaranya memiliki populasi Muslim terbesar di dunia dan juga jamaah haji yang besar.

"Selama ini kerja sama dengan Turki di bidang pendidikan. Namun di bidang perhajian kan belum," ujar dia seusai pertemuan.

Turki adalah negara dengan jamaah haji terbesar nomor lima setelah Indonesia, Pakistan, India, dan Malaysia. Saat ini Turki memberangkatkan haji 59.200 orang setelah dipangkas 20 persen. Sebanyak 14 ribu batal berangkat akibat renovasi Masjidil Haram.

Pewarta: Fitri Supratiwi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013