Jakarta (ANTARA News) - Publik dikejutkan dengan Anggito Abimanyu, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU), yang baru setahun memimpin institusi itu dengan terobosannya dalam kaitan peningkatan kualitas pelayaan Jemaah haji.

Masuknya orang ahli mengatur "fulus" dari Kementerian Keuangan itu memang sebelumnya mengejutkan publik. Tapi sekali ini justru Anggito-lah sebagai pembuat kejutan, dengan terobosannya.

Setidaknya bagi lingkungan Kementerian Agama. Beberapa tahun sebelumnya, kementerian itu dalam upaya peningkatan layanan kepada jemaah haji dalam penetapan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) kerap mendapat sandungan dalam implementasinya. Selalu terlambat dan baru mendapat persetujuan dari komisi VIII DPR ketika musim haji sudah mendekat.

Untuk tahun ini, setelah selesai pembahasannya di badan legislatif selesai, BPHI ditetapkan oleh Presiden melalui Pepres Nomor 31 Tahun 2013 tentang BPIH Tahun 1434 H/ 2013 M. Peristiwa itu menjadikan catatan sebagai prestasi tersendiri. Prestasi ini merupakan hal yang pertama BPIH ditetapkan lebih awal yakni pada 8 Mei 2013.

Selain membuat terobosan penetapan BPHI lebih cepat, Anggito bersama jajarannya juga melakukan perbaikan pada sektor-sektor penting penyelenggaraan haji dan umrah. Ada beberapa sektor yang dinilai mendongkrak peningkatan layanan dan mengembalikan citra positif jemaah haji dan masyarakat kepada pemerintah.

Yaitu, pada faktor sumber daya manusia atau SDM. Ahli mengurus fulus itu melakukan rotasi dan promosi di lingkungan Ditjen PHU. Rekrutmen petugas kelompok terbang (Kloter) sebanyak 1925 orang dan non-kloter Kemenag sebanyak 535 orang yang proses seleksi diawasi oleh Itjen secara langsung dan dibekali dengan tambahan materi pembangunan karakter.

Selain itu melakukan kerjasama dengan Balitbang Kemenag untuk melakukan kajian efektivitas pembimbing haji serta pelaksanaan sertifikasi pembimbing haji untuk menjamin mutu dan kepastian bimbingan ibadah kepada jemaah haji.

Hal itu dilakukan secara bertahap dari Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Utara.

Sektor pelayanan haji ditingkatkan dengan melakukan tambahan bis salawat, bis antarkota, kualitas katering, pemondokan di Makkah, Hotel di Madinah serta tenda di Armina.

Disamping itu pada tahun ini juga secara bertahap dilaksanakan revitalisasi empat Asrama Haji tahap pertama dan mempersiapkan revitalisasi Asrama Haji tahap kedua dari dana Project Based Sukuk (PBS) APBN.

Jaminan mutu dalam pelaksanaan pengelolaan BPIH dilakukan seleksi ulang Bank Penerima Setoran (BPS) dan memigrasikan dana haji dari Bank Konvensional ke Bank Syariah dalam waktu 1 tahun.

Mewajibkan BPS untuk mendapat keterangan LPS untuk program penjaminan jemaah haji secara individual dengan membuat akun maya. Meregulasi Dana Talangan Haji sesuai ketentuan Dewan Syariah Nasional. Menyimpan dana haji di BPS disalurkan untuk pemberdayaan umat dengan akad mudarabah muqayadah.

Memperbarui nota kesepahaman (MoU) dengan Kemenkeu mengenai penerbitan Sukuk Dana Haji Indonesia untuk pendanaan kegiatan Kemenag. Memperbaiki akad setoran awal dengan akad wakalah. Menyelesaikan pembentukan Dewan Pengawas Badan Pengelola Dana Abadi Umat (BP DAU) dan mengkaji kelembagaan pengelolaan keuangan haji yang professional. Sistem pelayanan perbakan di Arab Saudi untuk penyimpanan dan pengelolaan uang jemaah haji Indonesia di Arab Saudi.

Kejutan besar

Kebijakan pemotongan kuota dasar sebesar 20 persen yang diberlakukan pemerintah Arab Saudi pada 6 Juni 2013 kepada seluruh negara yang mengirimkan jemaah haji termasuk Indonesia merupakan kejutan yang luar biasa.

Ini merupakan dampak proyek perluasan Masjidil Haram yang semula mampu menampung jemaah sebesar 42.000 per jam saat tawaf menjadi 22.000 perjam. Kejutan ini sangat mempengaruhi seluruh persiapan yang sudah mencapai 80 persen.

Karena seluruh kontrak didasarkan atas jumlah jemaah yang semula berjumlah 211.000 orang menjadi 168.000 orang, reguler 155.200 orang dan khusus 13.600 orang setelah pengurangan kuota tersebut. Akhirnya penyesuaian dilakukan kembali yang sebelumnya diupayakan negosiasi untuk mendapat dispensasi yang akhirnya juga mengalami kegagalan.

Dengan usaha dan kerja keras melibatkan seluruh komponen terkait dalam mensosialisasikan kepada masyarakat untuk bijaksana dalam menerima pemberlakuan kebijakan ini. Semua ini dilakukan atas dasar untuk kenyamanan dan keamanan bagi seluruh jemaah melaksanakan ibadah.

Kepiawaian Anggito Abimanyu terlihat di sini. Pantang menyerah dengan keadaan, seperti terlatih berfikir cerdas dalam dunia pendidikan dan keuangan. Dia seperti seperti Abimanyu, ksatria Pandawa. Berani dan rela mengorbankan jiwa dan raga dalam Perang Baratayudha.

Di tengah-tengah dinamika dan persoalan pemotongan kuota, seiring dengan menyelesaikannya dengan cara yang holistik dan komunal, dia mampu melakukan terobosan baru dalam upaya peningkatan pelayanan kepada jemaah.

Pada 9 September di Asrama Haji Pondok Gede, Anggito meluncurkan program layanan perbankan dan sistem pengendalian petugas dan jemaah dalam rangka menjawab seringnya kehilangan uang dan ketinggalan jemaah.

Program baru ini justru lahir dari dinamisasi permasalahan kuota yang tengah dihadapinya. Peluncuran ini akan disosialisasikan di seluruh embarkasi haji secara bertahap. Ketika semuanya berjalan dengan baik dan lancar, kali ini masih sebagai dampak perluasan Masjidil Haram, persolan kembali muncul.

Sempitnya wilayah tawaf dan kecilnya jalan masuk menuju wilayah Sai yang berdekatan dengan lampu hijau tempat dimulai tawaf menjadikan hal ini persoalan yang cukup serius.

Sebabnya adalah, potensi kepadatan jemaah saat melakukan proses ibadah dapat berdanmpak kepada hal-hal yang cukup buruk. Lagi-lagi Anggito mencari solusi yang jitu, yakni dengan melakukan imbauan kepada pemerintah Arab Saudi untuk memasang petunjuk dalam bahasa Indonesia dan intensif dalam mensosialisasikan kepada jemaah haji.

Tentunya pengerahan petugas PPIH Arab Saudi dan Petugas Kloter yang melekat mutlak di fungsikan untuk menjaga sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Hal ini juga masih dalam proses pengembangan dengan memantau setiap saat pergerakan jemaah yang sekarang sudah mulai berkumpul dan melakukan ibadah umrah dan ibadah lainnya di Masjidil Haram.

Semoga penyelenggaraan ibdah haji tahun ini menjadi penyelenggaraan yang lebih baik dan seluruh jemaah haji dapat melaksanakan proses ibadahnya dengan baik sesuai dengan tuntunan agama, disamping itu kekuatan, ketabahan, kesabaran dan kecerdasan selalu dilimpahkan kepada pelayan-pelayan tamu Allah ini.

*) Pemerhati Haji dan petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi

(E001/Z003)

Pewarta: Affan Rangkuti*)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013