Mekah (ANTARA News) - Sudah hampir sebulan montir Slamet Abdullah (48) `belepotan` pelumas, bau bensin dan muka penuh keringat memperbaiki beragam jenis mobil di pelataran kantor misi haji Indodnesia, yang juga sekaligus menjadi kantor Daerah Kerja (Daker) Mekkah.

Mulai mobil kelas `kere` jenis Suzuki Carry hingga yang paling mewah buatan Eropa dan Amerika seperti Ford dan GMC, diperbaiki Slamet, pria Betawi beranak tiga dari istri yang dicintai Rosami.

Slamet memang tak berpendidikan istimewa seperti kebanyakan di lingkungan Kementerian Agama. Ia hanya golongan I, lantaran masuk menggunakan ijasah SMP. Ia pernah belajar di Sekolah Teknik Menengah (STM) Boedoet (Boedi Oetomo) Lapangan Banteng, namun dorongan untuk mencari `fulus` lebih kuat ketimbang harus duduk di bangku sekolah.

Akhirnya, dengan keterampilan yang dimiliki, Slamet memilih jalan hidup sebagai montir.

"Saya ingin kerja profesional, kendati pendidikan pas-pasan," ucap Slamet dengan gaya bahasa menirukan seorang pejabat di tempatnya bekerja. Lantas, sesekali ia melempar senyum sambil tak lepas-lepas mengisap rokok kretek yang diselingi minum kopi hitam, tatkala dijumpai di Wisma Haji Indonesia.

Ia pun menawari penulis rokok dengan cara mencabut sebatang dari bungkusnya dan menyodorkan. "Kite ngerokok pak aji," katanya dengan nada riang.

Seperti juga kebanyakan orang Betawi, bicaranya menggebu-gebu ketika digiring membahas persoalan ibadah dan pergi atau naik haji. Pergi haji, bagi Slamet Abdullah, merupakan kebanggaan dan kepuasan tersendiri. Ia merasa bersyukur bisa naik haji 10 kali.

"Insya Allah, sekarang yang kesepuluh pergi haji," ia menjelaskan.

Karena itu, kemampuan dan keterampilan memperbaiki mobil itu terus "diasah" agar dapat menjaga "kesehatan" sekitar 140 mobil operasional di lingkungan misi haji Indonesia. Mobil "sehat" dan dirinya pun sehat akan membawa hikmah dan rezeki tersendiri bagi dirinya.

Semua mobil itu, kata Slamet, ditempatkan di Madinatul Hujjaj, Jeddah. Ada dalam satu pool di bawah pengawasan Badrus, selaku penanggung jawabnya.

Untuk musim haji 1431H/2010 M ini, sudah lebih dari 20 mobil diperbaiki. Termasuk kendaraan operasional Kadaker Mekkah, Cepi Supriatna, yang mengalami kerusakan kecil. "Saya perbaiki cepat-cepat, sebab dia bertugas melayani tamu Allah," katanya.

"Kendaraan operasional di tanah suci itu usianya beragam. Ada yang sudah lebih dari 20 tahun dan ada pula yang masih `tokcer` alias sekali dikontak, mesin hidup dan mobil bisa `ngacir`," celetuk Slamet, dengan sesekali melepas tawa riang.

Selama tiga pekan di Mekkah, aku dia, ada pengalaman mengesankan tatkala memperbaiki mobil merek Toyota Hiace buatan tahun 1985 silam. Mobil tak mungkin lagi bisa jalan. Bosnya, Badrus, minta agar diupayakan bisa jalan. Slamet "putar otak" setelah mencari suku cadang di berbagai tempat di Mekkah tak dijumpai.

Ia lalu mendatangi tempat pembuangan mobil bekas, di kawasan Tasreh. Ia bertanya-tanya kepada orang Arab yang menjaga kawasan itu, dan dijawab tak ada. Lalu dijumpai mobil serupa buatan tahun 1990-an. Setelah dicermati konstruksi mesinnya, ia mengambil keputusan bahwa mesin itu dapat digunakan. Mobil rongsokan di Tasreh itu dibongkarnya dan diambil mesinnya.

"Alhamdulillah, mesin masih bisa dipakai. Kendati ada sedikit kekurangan, tetapi mobil bisa jalan," ujarnya.

Di Arab ini, kata dia, kebanyakan mobil yang disimpan di Madinatul Hujjaj mengalami kerusakan akibat mesin terlalu panas, AC, dan kopling. Sedangkan lainnya, karena usia sudah tua. "Ya, namanya sudah uzur," ujarnya.

Karena itu, ia berharap, pemeliharaan kendaraan harus lebih rutin agar usia pakai kendaraan lebih lama. Untuk itu pula perlu tenaga khusus memelihara mobil sebanyak 140 unit. Idealnya, satu montir berbanding 20 unit mobil. Banyak kendaraan yang sudah harus turun mesin ("over haul").

Sekarang ini, kendaraan sebanyak itu hanya ditangani satu montir. "Ya, tentu kewalahan," katanya.

Terkait dengan pelaksanaan wukuf, Slamet Abdullah mengaku kini tengah bekerja keras mengecek dan memperbaiki ambulan yang ada di kantor misi haji Indonesia. Kendaraan harus baik sebelum digunakan. Apalagi kendaraan tersebut akan digunakan untuk mensyafariwukufkan orang sakit. Urusan seperti itu harus sukses.

Untuk itu, ia mengaku harus kerja keras. "Kan di sini kite melayani tamu Allah," ujar Slamet Abdullah sambil melempar senyum.(*)

E001/T010

Pewarta: Edy Surpriatna Sjafei
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010