Jeddah (ANTARA News) - Wakil Menteri Urusan Wilayah Perkotaan dan Pedalaman Arab Saudi Habib Zain Al-Abidine pada awal November 2009 melontarkan pernyataan menggembirakan bagi para calon jemaah haji (calhaj) dari seluruh dunia.

Pernyataan itu berisi bahwa pemerintah Arab Saudi akan membangun sistem angkutan massal untuk memudahkan jemaah haji yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain, terutama ketika pelaksanaan Wukuf di Arafah, Muzdalifah dan Mina.

Angkutan massal yang dimaksud adalah sistem monorel yang mampu membawa sekitar setengah juta orang dalam waktu operasional enam sampai delapan jam, katanya seperti dikutip Arab News.

Wakil Menteri Urusan Wilayah Perkotaan dan Pedalaman Arab Saudi saat itu menjelaskan pula bahwa pada saat musim haji, sekitar tiga juta muslim dan muslimah Islam dari berbagai penjuru dunia, termasuk 221.000 Calhaj Indonesia berkumpul untuk menunaikan rukun Islam kelima di Tanah Suci.

Di Mekkah, calhaj melakukan thawaf (mengitari Ka`bah tujuh kali), Sa`i (lari-lari kecil antara Bukit Safa dan Marwah di dalam kompleks Masjidil Haram).

Jarak dari Mekah ke Mina tujuh km, Mina - Mudzalifah lima km dan Mudzalifah - Arafah sembilan km. Jadi, jarak antara Mekah dan Arafah seluruhnya 21 km.

Diharapkan jika mega proyek monorel bernilai 6,75 Riyal (sekitar Rp16,5 triliun) tersebut selesai, menurut Al-Abidine, maka sekitar 30.000 kendaraan bus atau angkutan lainnya sangat memungkinkan tidak akan dioperasionalkan lagi.

Mega proyek ini diharapkan dapat mengurangi keruwetan lalu lintas yang memusingkan jamaah selama musim haji. Tentu, begitu tahap pertama proyek ini dinilai berhasil, akan dikembangkan ke kota-kota lainnya di Arab Saudi.

Sistem monorel yang diterapkan berupa kereta magnetik yang melaju di atas jembatan layang (sekitar delapan meter di atas permukaan tanah) sehingga tidak mengganggu sistem transportasi lainnya.

Menurut catatan, sistem monorel atau rel tunggal diciptakan oleh insinyur Jerman, Herman Kemper pada 1937 yang dioperasikan dengan magnit (magnetic levitated train atau maglev).

Persoalan angkutan dari pemondokan calhaj di Mekah ke Masjidil Haram, khususnya untuk calhaj Indonesia memang selalu dikeluhkan dari tahun ke tahun.

Pada musim haji l430 H lalu, Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPHI) menyewa 315 bus untuk mengangkut sekitar 191.500 calhaj. Pada musim haji 1431 H/2010 M, bus yang disewa tak terlalu banyak, hanya sekitar 200 bus, menurun karena pemondokan lebih dekat dengan Masjidil Haram. Pondokan jemaah haji Indonesia, sekitar 67 persen dekat dengan Masjidil Haram.

Persoalan yang selalu muncul, di Mekkah pada puncak musim haji adalah kemacetan dan penumpukan kendaraan di ruas jalan di tengah kota menuju Masjidil Haram sehingga membuat kacaunya jadwal bus-bus "shuttle" yang disediakan.

Belum lagi akibat pengemudi yang sengaja tidak mematuhi jam kerja atau rute yang telah ditentukan sesuai kontrak.

Bus-bus shuttle yang disewa melayani rute di 32 pemberhentian di kawasan pemondokan calhaj Indonesia yang tersebar di 12 sektor, termasuk sektor khusus di kota Mekkah.

Keruwetan diperkirakan bertambah parah menjelang puncak musim haji saat tiga jutaan muslim dan muslimah se-dunia tumplek atau berkumpul di Mekah untuk menunaikan rukun Islam kelima.

Namun pada musim haji sekali ini diharapkan berkurang, karena perjalanan dari Arafah ke Mina sebagian sudah dapat menggunakan monorel, meski jumlahnya yang terangkut masih terbatas.

Mina adalah lokasi jamaah melakukan jumrah (melontar batu guna memperingati saat Nabi Ibrahim digoda syetan untuk mengingkari perintah Allah SWT menyembelih anaknya, Ismail) pada tiga jamarat (lokasi pelemparan batu) yakni Jumrah Ula, Aqaba, dan Wustha.

Di Padang Arafah, jamaah melakukan Wukuf (berdiam diri sambil zikir, berdoa dan membaca shalawat Nabi) pada 9 Zulhijjah sejak saat tergelincirnya matahari (sesudah Zuhur) sampai matahari terbenam.

Saat matahari terbenam (9 Zulhijjah malam), jamaah melakukan mabit (menginap) di Muzdalifah. Di tempat itu, jamaah mengumpulkan batu kerikil untuk dilontarkan di Mina.

Keesokan harinya (10 Zulhijah), jamaah melakukan jumrah di Mina sampai tiga hari berikutnya. Pada saat umat Islam di Tanah Air melakukan Shalat Idul Adha pada l0 Zulhijjah, calhaj seluruh dunia melaksanakan jumrah Aqabah di Mina.

Tak sepenuhnya

Mega Proyek monorel atau yang di Arab Saudi lebih dikenal qithar almasyair, menurut Ketua PPIH Arab Saudi, H. Syairozi Dimyathi belum bisa beroperasi penuh pada musim haji 1431 H/2010.

Ia memperkirakan baru bisa melayani seluruh jemaah haji, termasuk dari Indonesia, pada 2011.

Duta Besar RI untuk Arab Saudi dan Kesultanan Oman Gatot Abdullah Mansyur, di Bandara King Abdul Azis Jeddah, belum lama ini menyatakan, pihaknya telah melakukan pertemuan dengan gubernur Mekkah, dan diperoleh keterangan bahwa diperkirakan tahun depan bisa digunakan secara penuh.

Proyek Monorel ini tergolong besar yang dilakukan pemerintah setempat. Arab Saudi ingin menunjukkan komitmen tingginya terhadap pelayanan jamaah haji.

Untuk tahun ini, sebenarnya monorel sudah dioperasikan. Namun penggunaanya hanya sebagian jamaah, yakni khusus bagi jamaah asal Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya.

Pernyataan itu juga dibenarkan Syairozi bahwa monorel belum bisa digunakan bagi jemaah Indonesia. Pada tahun ini hanya terbatas untuk jemaah haji tuan rumah dan negara Teluk saja.

Gatot memperkirakan pada tahun ini jumlah jamaah yang bisa diangkut oleh monorel baru mencapai 150.000-200.000 orang. Untuk mewujudkan proyek ini, pemerintah Arab Saudi terus mengebut pengerjaannya. Sebagian besar pekerja proyek ini dari China.

Monorel ini rencananya akan beroperasi bolak-balik (shuttle) untuk mengangkut jamaah. Menurut Gatot, meski bisa beroperasi tahun depan, namun alat transportasi ini tak mungkin bisa mengangkut jamaah seluruh dunia.

Kehadiran monorel ini hanya mengurangi, bukannya mengganti. Jadi, monorel dimaksudkan untuk mengurangi kemacetan yang ada pada puncak musim haji, kata Gatot.

"Jadi, mega proyek itu diarahkan untuk meminimalisasikan keruwetan dan kemacetan yang kerap terjadi saat puncak musim haji tiba," Gatot Abdullah Mansyur menjelaskan.
(E001/B010)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010