Pagi itu, udara di Kota Madiun, Jatim, sedikit mendung. Namun, berbeda dengan raut wajah Basri (70), warga Jalan Rawa Bakti Nomor 43 Kota Madiun yang terlihat sumringah (bahagia).

"Hari-hari mendekati pelaksanaan kurban biasanya banyak orang yang akan membeli ternak. Kemarin saja, jualan saya bisa laku 19 ekor kambing. Semoga hari ini bisa laku lebih banyak lagi," ucapnya berharap sambil memberi makan ternak kambing untuk kurban.

Sesekali ia terlihat bersenandung tembang Jawa sambil mengurus ternak kambingnya yang berjumlah sekitar 60 ekor. Kambing-kambing itu ditambatkannya di tiang pancangan pendek yang terbuat dari bambu.

Tiap tahun, jelang perayaan Hari Raya Idul Adha, Basri selalu menggunakan tanah kosong di Jalan D.I Panjaitan untuk berjualan kambing untuk kurban. Hal ini sudah ia geluti sejak tahun 1987, di sela kesehariannya yang bekerja sebagai peternak kambing.

Waktu itu, tahun 1980-an belum banyak pedagang kambing yang berjualan di Kota Madiun. Seiring dengan berubahnya waktu, jumlah pedagang semakin banyak. Hanya beberapa saja pedagang seangkatan dia yang masih bertahan.

"Pedagang kambing musiman yang seangkatan dengan saya hanya tinggal beberapa saja. Banyak di antara mereka yang telah beralih pekerjaan. Namun, ada juga usaha turun-temurun yang diteruskan oleh anak atau pun saudaranya," kata pria bertubuh kecil ini bercerita.

Basri merupakan satu dari beberapa warga Kota Madiun yang masih setia dengan pekerjaannya sebagai peternak kambing. Jika sedang tidak musim berkurban, ia hanya terlihat mengurus 10 ekor kambingnya di rumah.

Karena itu, Hari Raya Idul Adha merupakan momen tersendiri yang ditunggu-tunggu oleh Basri dan mungkin ribuan peternak lainnya di Tanah Air. Pasalnya, selain mendapat untung yang lebih, ia merasa ikut berperan penting dalam mempersiapkan kambing-kambing pilihan yang akan dipersembahkan bagi Allah SWT, nantinya.

"Kalau laba dari penjualan jelas dapat. Namun, yang lebih penting dari itu, saya merasa ikut mempersiapkan kambing kurban yang akan dipilih untuk perayaan Idul Adha nanti. Karena itu, saya berusaha menjaga kambing dagangan saya untuk layak jual," katanya.

Supaya kambingnya tetap sehat, ia berupaya semaksimal mungkin untuk merawatnya dengan baik. Selain memasang atap buatan dari terpal untuk menutupi hewan itu dari hujan, Basri juga menjaga kandang buatannya agar tetap kering dengan membuat saluran air tersendiri.

"Entah karena apa, pokoknya saya tiap tahun selalu memiliki pelanggan. Para pembeli yang ingin berkurban selalu datang ke kandang milik saya setiap tahun. Mereka berasal dari kantor atau pun perorangan," tuturnya.

Ia mengaku, kambingnya ia datangkan dari Ponorogo. Alasannya, selain harganya lebih murah, kambing dari Ponorogo lebih sehat, besar, dan pantas untuk dijadikan hewan kurban.

Dalam kaitan ini, bukan hanya keuntungan yang ia peroleh, namun juga kepuasan tersendiri karena para pembelinya juga merasa senang mendapatkan kambing kurban yang sesuai dengan harapan. Ia juga menjagal kambingnya selama 24 jam di lokasi tersebut.

"Saya juga ikut tidur di sini kalau malam. Selain menjaga jika kambing saya sakit, juga mengantisipasi jika ada orang jahat yang ingin mengambilnya," katanya polos.

Untuk harga, Basri menggunakan harga pasaran yang berlaku saat ini. Yakni, berkisar antara Rp900 ribu hingga Rp1,7 juta/ekor. Sementara, keuntungan yang diperolehnya mencapai Rp50 ribu hingga Rp100 ribu untuk setiap ekor kambing.

Basri menambahkan, biasanya pembeli itu paling banyak pada dua hari sebelum hari-H Idul Adha, karena para pembeli tidak mau direpotkan dengan pemeliharaan ternak sebelum disembelih. Dan biasanya yang paling laku itu kambing, makanya kadang stoknya sampai habis.

Kesehatan dipantau

Meski hanya pedagang musiman, bukan berarti Basri tidak teliti dalam menjalankan usahanya itu. Berpegang pengetahuannya sebagai peternak, kesehatan hewan yang akan dijualnya juga menjadi perhatian penting.

"Selain saya mengupayakan sendiri kesehatan ternak saya, petugas Pemkot Madiun juga sering datang untuk mengecek apakah hewan kurban dagangan saya sehat atau tidak. Alhamdulillah, belum ada yang sakit dari tahun ke tahun selama saya jualan," ujarnya.

Sementara, Kasie Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kota Madiun, Riyanto, mengatakan, selama timnya melakukan pemeriksaan hewan kurban yang mulai marak diperdagangkan di Kota Madiun, pihaknya belum pernah menemukan penyakit hewan ternak yang membahayakan.

Sejauh ini gangguan kesehatan yang ditemukan pada ternak tersebut masih dalam tahap normal. Yakni terkena penyakit scabies atau gudik. Penyakit scabies, kata Riyanto, merupakan penyakit yang biasa diidap hewan. Penyakit ini semacam penyakit gudik yang biasa ditemui di kulit hewan.

"Biasanya disebabkan oleh sanitasi yang buruk. Namun, secara umum penyakit ini tidak berbahaya jika daging dari hewan tersebut dikonsumsi manusia," ujarnya.

Selain scabies, tim pemeriksa juga menemukan sejumlah hewan lain terjangkit infeksi mulut dan pink eye atau radang mata, serta diare. Hal tersebut juga normal, karena selama 24 jam penuh, ternak berada dalam kandang buatan dan bukan kandang permanen.

"Seperti halnya manusia. Jika kita terus-terusan berada di luar rumah, maka kita akan mudah terserang penyakit. Karena itu, untuk mengobati hewan yang terserang penyakit ini, tim dokter hewan telah memberikan obat dan vitamin pada hewan. Ini agar pada saat hari-H Lebaran, ternak siap untuk dijadikan kurban," kata Riyato.

Pemeriksaan ini akan dilakukan setiap hari hingga pelaksanaan hari kurban mendatang. Pada saat hari kurban nanti, timnya juga akan mendatangi sejumlah masjid tempat-tempat yang ditunjuk untuk membagikan daging kurban, guna mengecek kesehatan bagian dalam dari hewan kurban yang disembelih.

Riyanto menambahkan, jelang perayaan Hari Raya kurban, lalu lintas ternak yang masuk ke Kota Madiun meningkat. Jumlah populasi ternak kambing di Kota Madiun saat ini bisa meningkat 10 hingga 20 persen menjadi 2.000-an ekor lebih, atau naik dari jumlah yang terdaftar sekitar 1.800 ekor.

"Sedangkan untuk ternak sapi tidak terlalu meningkat tajam. Jumlah populasinya yang terdaftar untuk tiga kecamatan yang ada di Kota Madiun hanya sekitar 656 ekor saja," ujarnya.

Menurut dia, karena lalu lintas ternak yang cukup ramai, maka Pemkot Madiun akan mengawasi ketat peredaran hewan kurban yang masuk ke wilayahnya jelang hari raya Idul Adha 1430 Hijriyah.

Pengawasan ketat diwujudkan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan hewan-hewan kurban yang diperdagangkan musiman di pinggir-pinggir jalan besar yang mulai marak terjadi di Kota Madiun.

Pengawasan dilakukan guna menghindari kemungkinan ternak kurban yang datang dari luar Kota Madiun terserang penyakit yang membahayakan untuk dikonsumsi manusia.

"Selain itu, pemeriksaan ini dilakukan untuk memberikan rasa aman pada masyarakat. Pemeriksaan ini sekaligus untuk memantau kondisi hewan kurban menjelang Idul Adha, supaya aman dikonsumsi," tuturnya.

Dan Basri pun berharap demikian. (*)

Pewarta: Oleh Louis Rika Stevani
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009