Padang (ANTARA News) - Menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci tak tergantung uang banyak yang tersimpan di bank tapi yang utama diperlukan adalah niat yang tertanam dalam hati.

Kalimat di atas adalah pegangan bagi Zulfadri (50) warga Koto Panjang, Kecamatan Koto Tangah Padang, Sumatra Barat yang kesehariannya berjualan bumbu masak dan rempah-rempah serta barang kebutuhan harian rumah tangga lainnya.

"Yang penting, bila ingin melaksanakan rukun Islam ke lima (naik haji) pokok utamanya tergantung niat," tutur pria paruh baya lima anak itu.

Niat yang sudah ditanamkan dalam hati, tentu diikuti dengan tindakan terus menabung dari hasil pendapatan sedikit demi sedikit.

"Kalau niat kita ikhlas, lambat laun akan dikabulkan Allah, SWT," katanya sambil tersenyum.

Suami Ernawati (48) itu, mengaku mulai menabung untuk berangkat haji sejak 1990 dari hasil dagangan yang digelutinya saban hari di pasar tradisional Lubuh Buaya Padang itu.

Zulfadri menceritakan, kalau berdagang rempah-rempah bahan masak, tentu lama mengumpulkan uang cukup untuk Ongkos Naik Haji (ONH).

Sebab, untuk biaya kebutuhan sehari-hari, sekolah dan kuliah anak bersumber dari sana, tentu hanya tak banyak yang bisa disisihkan ke tabungan.

Tapi, karena terus disisihkan untuk ONH yang sudah diniatkan sejak lama, akhirnya bisa juga terkumpul untuk dua orang.

"Awak (saya, red) kalau ingin berangkat sendiri sudah bisa sekitar 2005 tetapi rasanya tak enak juga kalau istri tak berangkat," kata pria paruh baya berkumis tebal itu.

Namun, alhamdulillah pada 2007 bisa mendaftar untuk dua orang (Zulfadi dan Ernawati), tapi masih tertunda niat karena masih ada agenda belum terlaksana.

Sebenarnya, tambahnya, ia akan berangkat pada 2008 tetapi karena satu rencana, yakni menunggu putri sulung berkeluarga akhirnya ditunda pada musim haji 2009.

"Kami punya tekad kalau berangkat apabila sudah ada menantu, artinya anak sulung sudah bersuami. Alhamdulillah pada 2008 anak sulung bersuami," kata pria yang punya seorang cucu itu.

Tak berubah

Meski keberangkatan haji pada pascagempa, tetap tak ada rasa berat hati si penjual bumbu masak itu. Dia bersama istrinya dengan hati tenang meninggalkan lima anak dan satu cucunya.

"Rumah memang rusak ringan akibat gempa beberapa waktu lalu, tapi panggilan menunaikan haji tak akan berubah," katanya yang baru pertama kali berangkat ke Tanah Suci.

Zufadri bersama Istrinya Ernawati berangkat menunaikan haji tergabung dalam kelompok terbang (Kloter) VIII asal Kota Padang, bersama 323 orang, plus lima petugas.

Calon Jemaah Haji (Calhaj) lainnya, Yusran (65) warga Gunung Pengilun Padang, juga berangkat bersama istrinya dari uang tabungan yang telah dikumpulkannya hampir 10 tahun lalu.

"Saya bekerja di bengkel cat mobil dan sepeda motor sejak 15 tahun silam," katanya sembari masih terus menjalankan usahanya itu menjelang berangkat ke Tanah Suci.

Karena sudah ada niat, jadi upah dari jasa bengkel semuanya diserahkan kepada istri dan dia lah yang mengatur untuk tabungan pembayaran ONH.

Sebanyak 2.241 orang Calon Jemaah Haji (Calhaj) Embarkasi Padang, berasal dari Sumatra Barat dan Provinsi Bengkulu yang tergabung dalam kelompok terbang I-VII telah berada di Tanah Suci.

Sekretaris Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Padang, H. Japeri Jarap menyebutkan kebanyakan Calhaj yang telah berangkat dari Kloter I-VI masih didominasi kalangan ibu rumah tangga tercatat 529 orang.

Umumnya kalangan ibu rumah tangga tersebut, tambahnya, berasal dari pedesaan, baik asal Sumbar maupun Bengkulu.

Posisi kedua Calhaj berprofesi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 447 orang dan disusul yang berlatarbelakang pekerjaan petani berjumlah 319 orang, urutan ke empat mahasiswa yang berusia di atas 20 tahun.

PPIH Embarkasi Padang, musim haji 2009 merencanakan memberangkatkan sebanyak 4.417 orang asal Sumbar, 1.658 asal Bengkulu dan tercatat 1.240 asal Provinsi Jambi akan tergabung pada 23 Kloter dan telah diberangkat delapan kelompok terbang. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009